Monday, December 24, 2012

Pride & Prejudice *versi sendiri*

29.11.12, 02.00 WIB

Jam segini masih belum tidur, ada alasannya. Keterusan nonton Pride & Prejudice ke-3 kalinya. Entah kok saya ga bosen2 nonton film ini. Mungkin karena ceritanya yang berlatar awal abad 19 kali yah. atau mungkin plotnya yang sederhana tapi tetep so sweet. hmm.
Pride & Prejudice ini sebenernya sebuah novel yang dibuat pada tahun 1813. Nah loh! udah berapa ratus tahun yang lalu tuh? Jane Austen, penulis novel ini memang punya spesifikasi khusus dalam penulisan tema-tema tulisannya, seputar kritisasi keadaan sosial di kehidupan orang-orang Inggris pada jaman itu. Khususnya mengenai peranan wanita dalam strata dan tata sosial masyarakat. hehe

Kenapa judulnya Pride & Prejudice?
well, kalo dibilang ini film cinta-cintaan sih sebenarnya bukan (film lho, gatau deh kalo beda ama novel). Sedikit banyak menggambarkan betapa kakunya etika yang harus diterapkan oleh orang-orang strata atas. That’s a pride to do it. Sedangkan orang kalangan bawahnya (dibilang miskin, tapi pembantunya banyak :p) dianggap dan dicap sebagai orang yang tidak memiliki talenta, apalagi etika. Tapi, yang saya kagum dari tokoh utama, Elizabeth Benneth, bahwa meskipun berasal dari keluarga tidak mampu namun dia memiliki pemikiran yang tajam dan opini yang kritis terhadap hal-hal sosial disekitarnya meski yang tersisa memang harga dirinya yang tinggi. That’s a pride for her. For being independent, being married for love not for the wealth, though her prejudices has almost driven the one away. Mungkin inilah yang membuat seorang bangsawan kaya, tampan, dan terhormat jatuh cinta sama dia. Yang diambil pelajaran sih, bahwa sebenarnya sebagai seorang wanita apapun statusnya, stratanya, dan kecantikannya, isi otak nomer satu.

Gimana kalo dari konflik sosial abad 19 ditarik ke masa sekarang? mari kita bandingkan sama anak jaman sekarang. Oke persamaannya, wanita memang makhluk materialistis. Saya tidak memungkiri bahwa memang wanita sangat bisa dibahagiakan dengan kesejahteraan, rasa aman, dan rasa tercukupi lahir dan batin. Bedanya, kalo jaman dulu alasan menikahi seseorang karena hartanya bisa disampaikan secara eksplisit, karena memang tujuan menikah sebagian besar untuk itu. Nah kalo sekarang, wanita atau pria juga (bisa jadi) menjadi semakin lihai dalam menyembunyikan tujuan utama bahwa menikah untuk kesejahteraan pribadi karena dianggap tidak sopan. hihi (sok tau).

yah intinya, jadi cewek harus yang tough dong. ikut andil nentuin masa depan sendiri.
*semoga bisa menjadi makmum dari imam yang soleh,’sejahtera’,setia, dan baik hati*

No comments:

Post a Comment

silahkan yang sedang melintas :)